Senin, 14 Februari 2011

STRATEGI PERKATAAN


Sebuah cerita mengisahkan Nasruddin, seorang saudagar kaya berjalan bersama hambanya, Mahmud. Saat mereka sedang berjalan menyusuri sungai sambil melihat pemandangan di sekeliling yang begitu indah, tiba-tiba Nasruddin terpeleset di tepi sungai, hingga nyaris terjatuh ke dalam sungai dengan arus yang begitu derasnya. Ia hanya berpegangan pada tumbuhan rambat di tepi sungai itu, sambil berteriak-teriak panik.
Dengan segera hambanya Mahmud berseru kepada tuannya: “ Hai tuanku, berikan tanganmu, maka hamba akan menarikmu ke daratan.” Namun, hingga beberapa saat tuannya hanya berdiam diri tanpa mengulurkan tangannya. Si Mahmud pun kembali berseru dengan ucapan yang sama. Namun Nasruddin tetap saja diam tanpa melakukan sesuatu.
Setelah berpikir sejenak, Mahmud kembali berkata: “Tuan, tanganku kuberikan kepadamu, tolong diterima dan aku akan menarikmu ke atas.” Dengan sigap, Nasruddin memegang tangan hambanya dan Mahmud pun menarik tuannya kembali ke daratan.


Kisah di atas terdengar konyol, namun tanpa disadari itulah yang seringkali terjadi di dalam kehidupan kita. Beberapa waktu yang lalu, saya menerima telepon dari seorang marketing perusahaan tour dan travel, yang menawarkan beberapa paket wisata dengan fasilitas yang begitu menarik. Mengawali percakapan, dengan perkataan yang khas ala seorang marketing kartu kredit, mengatakan bahwa saya adalah customer sebuah kartu kredit yang terpilih mendapatkan reward karena track recordnya baik, berupa voucher hotel berbintang di beberapa kota besar, serta discount makan-minum yang cukup menggiurkan.
Saking seringnya menerima tawaran serupa, saya sebenarnya ingin memotong perbincangan dengan alasan kesibukan, namun saya penasaran karena ingin mengetahui endingnya, produk apa sebenarnya yang ditawarkannya. Karena biasanya berujung pada produk asuransi dengan sejumlah premi yang harus dibayarkan, yang tentu saja membebani tagihan setiap bulannya.
Setelah cukup mengetahui fasilitas2 yang diberikan, saya pun langsung to the point, menanyakan benefit apa yang diperoleh perusahaannya dengan memberikan semua fasilitas itu kepada customer, karena dalam prinsip berbisnis seharusnya kedua belah pihak diuntungkan. Ternyata saya “hanya” diwajibkan untuk membayar di depan sejumlah Rp. 1,8 juta, yang dapat dicicil selama 5 tahun, dan tagihannya dibebankan pada kartu kredit yang masih aktif. Secara spontan saya bersikap reaktif dan menolaknya.
Maraknya penipuan ala kartu kredit dan agensi yang terkait di dalamnya membuat saya sangat peka dan extra waspada terhadap penawaran telemarketing semacam itu. Yang sekalipun dalam keheranan saya mengapa data customer kartu kredit begitu mudah diberikan kepada pihak-pihak lain, tanpa sepengetahuan dan seijin customer itu. Sistim bisnis telemarketing menempatkan posisi customer di pihak yang sangat lemah, karena tidak mengetahui lawan bicaranya, hanya mengaku dari perusahaan ternama, meminta data-data pribadi, dan ini sangat sering disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Terlepas dari permasalahan itu, setelah memikirkan kembali fasilitas2 yang ditawarkan sebenarnya sangat menarik, khususnya bagi pelanggan yang sering melakukan perjalanan, karena tetap lebih menguntungkan sekalipun harus membayar biaya di atas. Dengan hanya Rp. 1,8 juta, customer mendapatkan 40 voucher menginap di hotel berbintang, yang diberikan setiap tahun selama 5 tahun, ditambah discount penerbangan dan makan-minum di resto yang bekerja sama.
Saya membayangkan apabila penyampaian informasi tersebut menggunakan strategi lain, seperti kisah Nasruddin di atas, mungkin hasil yang dicapai lebih efektif. Misalnya saat membuka pembicaraan si marketing bisa saja berkata : “...dengan hanya membayarkan sejumlah x rupiah, Bapak berhak menikmati fasilitas dari kami berupa bla bla bla...”. Dengan demikian poin yang ingin disampaikan dapat ditangkap secara singkat tapi efektif, tanpa membuang banyak waktu customer mereka , karena pembicaraan berlangsung pada jam-jam sibuk kantor.
Mohon maaf bila tidak sependapat, hanya opini seorang nubie, yang juga bukan ahli dalam bidang pemasaran. Tapi poin yang ingin saya share adalah strategi dalam menyampaikan keinginan kita terhadap orang lain, sangatlah menentukan hasil yang diperoleh. -du130211-